Kesempatan mengundang
Kejahatan
Penghuni Kost Adhidarma Kelapa
Dua Depok dibuat gempar karena pencurian yang terjadi di salah satu kamar kost.
Kejadian tersebut terjadi tepatnya pada Kamis, 18 April 2013 pukul 09.00. Penghuni
kost bernama Icha seorang mahasiswi Gunadarma Fakultas Ekonomi Jurusan
Manajemen, ia menempati salah satu kamar di bagian bawah kostan.
Praktek
pencurian memang tidak pernah mengenal waktu atau tempat, bisa terjadi kapan
dan dimana saja. Selain pelaku yang sudah mempunyai niat untuk melakukan
kejahatan, terkadang kesempatanpun bisa mendorong seseorang berbuat demikian,
terlebih jika dalam keadaan terdesak. Pencurian kali ini bukanlah yang pertama
terjadi di Kost Adhidarma, “Sebelumnya sudah pernah menimpa penghuni kamar lain
juga” ujar Diana, Mahasiswi yang juga tinggal di kost Adhidarma.
Kronologi
kejadian dimulai dari Icha yang tengah bersiap-siap untuk berangkat kuliah.
Saat itu ia sedang berada dalam kamar mandi, kunci kamar terkunci namun jendela
yang berada tepat di pinggir pintu terbuka membuat pelaku mudah untuk mebuka kunci dan masuk kamar. Keadaan kamar
masih seperti biasa sampai Icha menyadari telepon genggamnya yang sudah tidak
ada, namun setelah dipastikan telepon genggam juga chargernya memang hilang.
Icha sudah bisa menebak bahwa selama ia di kamar mandi ada orang yang masuk
kamarnya, sebab pintu yang semula terkunci sudah terbuka.
Icha
langsung melaporkan hal ini kepada pemilik kost. Mereka mencoba mengejar pelaku
yang mungkin saja orang luar dan masih ada di depan kost. Namun, keadaan di
depan kost sepi, tidak ada orang satupun. “Memang kost selalu sepi, apalagi
pada jam-jam sibuk” ujar Diana kembali. Seorang pedagang Bang Jamrud yang
berjualan tepat di samping kost yang ditanyai memberikan kesaksian bahwa ia
melihat seorang wanita mencurigakan tidak memakai alas kaki keluar dari gerbang
kost dan menaiki motor berwarna putih, wanita itu hanya seorang diri.
Korban
pencurianpun berinisiatif untuk pindah kamar, karena khawatir akan terjadi
kejadian yang sama. Pemilik kost berjanji akan memasang CCTV untuk
mengantisipasi pencurian yang sering terjadi. Hal ini dapat menjadi pelajaran
untuk kita agar tidak lengah menjaga barang-barang yang kita miliki, karena
kejahatan bukan saja karena ada niatan namun karena ada juga kesempatan untuk
mereka bergerak.
Semangat si Penjual Lemper
Usianya tak lagi muda, bisa terlihat dari
rambut yang hampir semua memutih. Dengan pakaian sederhana dan keranjang putih
yang selalu menemani setiap malam ia tak pernah berhenti menawarkan dagangannya
pada setiap orang yang lewat. Beberapa berhenti untuk bertanya ia menjual apa,
namun terkadang tak semua dari mereka yang bertanya mau untuk membeli, banyak
yang hanya sekedar penasaran.
Nek
Yohana, ia sosok orang tua yang tak pernah pesimis. Jika malam tiba, tanda ia
harus segera bersiap untuk menjajakan dagangannya di pintu keluar salah satu
pusat perbelanjaan Depok, meski dagangannya hanya berupa jajanan tradisional
yaitu lemper bakar namun ia tak pernah takut untuk bersaing dengan apa yang ditawarkan di tempat-tempat makan besar
itu. “Selalu ada jalan, dan jangan pernah menyerah. Terus semangat” kata-kata
itu yang selalu ia ucapkan berkali-kali setiap kami berbincang.
Lemper
bakar yang tersusun rapih membentuk tumpukan itu siap menjadi saksi untuk perjuangan
dari nek Yohana setiap harinya.Ia tak pernah berkecil hati, malah ia sangat
bangga dengan apa yang dilakukannya sekarang. Berdagang lemper bukan untuk
mencukupi kebutuhan, Ia sudah cukup dengan pensiunan PNS yang diterima setiap
bulan.“ Selama 30 tahun saya mengajar di beberapa sekolah tingkat SMP, nah..malam
harinya juga saya mengajar privat” katanya. Tak heran jika kata-kata yang
keluar darinya bisa menjadi pembelajaran karena iapun seorang pendidik. Begitu
pula kisah hidupnya yang bisa menjadi pembelajaran untuk kita generasi muda.
“Walaupun
saya orang tua tunggal dengan gaji kecil namun saya tetap ingin memberikan
pendidikan bermutu untuk keempat anak saya” ujarnya. Keempat anaknya menyelesaikan
pendidikan sampai tingkat sarjana, bahkan salah satunya ada yang bekerja di
luar negeri, Nek Yohana merasa sangat bangga.
“ Saya ingin memberi keteladanan
untuk anak cucu saya, ingin memberi contoh bahwa hidup itu harus selalu tetap
semangat dan pantang untuk menyerah. Bahwa kita harus selalu terus berusaha”
Jawab nenek dari sembilan cucu itu ketika ditanya alasan mengapa ia berjualan.
Selain
memberi keteladanan, ia berpendapat bahwa walaupun sudah tua bukan berarti tidak
butuh bersosialisasi dengan orang sekitar. ia tak ingin terus tinggal di rumah
dan kehilangan banyak moment yang bisa membuat hidupnya lebih berwarna. Bahkan
ia juga banyak mengarang lagu dan sering menyumbangkan suaranya di setiap
kesempatan pada acara yang dihadirinya. Malah ia sempat bernyanyi di tengah
pembicaraan kami, terlihat gurat senang di wajahnya ketika ia melantunkan
syair-syair nostalgia itu. “ Saya memang senang menyanyi sejak muda, saya juga
bisa memainkan beberapa alat musik. ” Ujarnya.
Semangat,
adalah satu kata yang bisa disimpulkan dari diri Nek Yohana. Ia menjalani
hidupnya dengan semangat tanpa mengeluhkan kesusahan yang dihadapi. Terkadang
kita melewatkan pembelajaran berharga yang ternyata bisa bersumber dari orang
yang sering kita lihat. Rutinitas membuat kita lupa akan prinsip hidup yang
seharusnya selalu ada. Sebuah pembelajaran sederhana dan perlu untuk
diteladani, sebagaimana ia ingin memberikan teladan untuk anak cucunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar