Kamis, 06 Juni 2013

Paujiatul Arifah (18811959)



Kesempatan mengundang Kejahatan



       Penghuni Kost Adhidarma Kelapa Dua Depok dibuat gempar karena pencurian yang terjadi di salah satu kamar kost. Kejadian tersebut terjadi tepatnya pada Kamis, 18 April 2013 pukul 09.00. Penghuni kost bernama Icha seorang mahasiswi Gunadarma Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, ia menempati salah satu kamar di bagian bawah kostan.
        Praktek pencurian memang tidak pernah mengenal waktu atau tempat, bisa terjadi kapan dan dimana saja. Selain pelaku yang sudah mempunyai niat untuk melakukan kejahatan, terkadang kesempatanpun bisa mendorong seseorang berbuat demikian, terlebih jika dalam keadaan terdesak. Pencurian kali ini bukanlah yang pertama terjadi di Kost Adhidarma, “Sebelumnya sudah pernah menimpa penghuni kamar lain juga” ujar Diana, Mahasiswi yang juga tinggal di kost Adhidarma.
      Kronologi kejadian dimulai dari Icha yang tengah bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Saat itu ia sedang berada dalam kamar mandi, kunci kamar terkunci namun jendela yang berada tepat di pinggir pintu terbuka membuat pelaku mudah untuk  mebuka kunci dan masuk kamar. Keadaan kamar masih seperti biasa sampai Icha menyadari telepon genggamnya yang sudah tidak ada, namun setelah dipastikan telepon genggam juga chargernya memang hilang. Icha sudah bisa menebak bahwa selama ia di kamar mandi ada orang yang masuk kamarnya, sebab pintu yang semula terkunci sudah terbuka.
     Icha langsung melaporkan hal ini kepada pemilik kost. Mereka mencoba mengejar pelaku yang mungkin saja orang luar dan masih ada di depan kost. Namun, keadaan di depan kost sepi, tidak ada orang satupun. “Memang kost selalu sepi, apalagi pada jam-jam sibuk” ujar Diana kembali. Seorang pedagang Bang Jamrud yang berjualan tepat di samping kost yang ditanyai memberikan kesaksian bahwa ia melihat seorang wanita mencurigakan tidak memakai alas kaki keluar dari gerbang kost dan menaiki motor berwarna putih, wanita itu hanya seorang diri.
      Korban pencurianpun berinisiatif untuk pindah kamar, karena khawatir akan terjadi kejadian yang sama. Pemilik kost berjanji akan memasang CCTV untuk mengantisipasi pencurian yang sering terjadi. Hal ini dapat menjadi pelajaran untuk kita agar tidak lengah menjaga barang-barang yang kita miliki, karena kejahatan bukan saja karena ada niatan namun karena ada juga kesempatan untuk mereka bergerak.


Semangat si Penjual Lemper


        Usianya tak lagi muda, bisa terlihat dari rambut yang hampir semua memutih. Dengan pakaian sederhana dan keranjang putih yang selalu menemani setiap malam ia tak pernah berhenti menawarkan dagangannya pada setiap orang yang lewat. Beberapa berhenti untuk bertanya ia menjual apa, namun terkadang tak semua dari mereka yang bertanya mau untuk membeli, banyak yang hanya sekedar penasaran.
            Nek Yohana, ia sosok orang tua yang tak pernah pesimis. Jika malam tiba, tanda ia harus segera bersiap untuk menjajakan dagangannya di pintu keluar salah satu pusat perbelanjaan Depok, meski dagangannya hanya berupa jajanan tradisional yaitu lemper bakar namun ia tak pernah takut untuk bersaing dengan apa  yang ditawarkan di tempat-tempat makan besar itu. “Selalu ada jalan, dan jangan pernah menyerah. Terus semangat” kata-kata itu yang selalu ia ucapkan berkali-kali setiap kami berbincang.
            Lemper bakar yang tersusun rapih membentuk tumpukan itu siap menjadi saksi untuk perjuangan dari nek Yohana setiap harinya.Ia tak pernah berkecil hati, malah ia sangat bangga dengan apa yang dilakukannya sekarang. Berdagang lemper bukan untuk mencukupi kebutuhan, Ia sudah cukup dengan pensiunan PNS yang diterima setiap bulan.“ Selama 30 tahun saya mengajar di beberapa sekolah tingkat SMP, nah..malam harinya juga saya mengajar privat” katanya. Tak heran jika kata-kata yang keluar darinya bisa menjadi pembelajaran karena iapun seorang pendidik. Begitu pula kisah hidupnya yang bisa menjadi pembelajaran untuk kita generasi muda.
            “Walaupun saya orang tua tunggal dengan gaji kecil namun saya tetap ingin memberikan pendidikan bermutu untuk keempat anak saya” ujarnya. Keempat anaknya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat sarjana, bahkan salah satunya ada yang bekerja di luar negeri, Nek Yohana merasa sangat bangga.
“ Saya ingin memberi keteladanan untuk anak cucu saya, ingin memberi contoh bahwa hidup itu harus selalu tetap semangat dan pantang untuk menyerah. Bahwa kita harus selalu terus berusaha” Jawab nenek dari sembilan cucu itu ketika ditanya alasan mengapa ia berjualan.
            Selain memberi keteladanan, ia berpendapat bahwa walaupun sudah tua bukan berarti tidak butuh bersosialisasi dengan orang sekitar. ia tak ingin terus tinggal di rumah dan kehilangan banyak moment yang bisa membuat hidupnya lebih berwarna. Bahkan ia juga banyak mengarang lagu dan sering menyumbangkan suaranya di setiap kesempatan pada acara yang dihadirinya. Malah ia sempat bernyanyi di tengah pembicaraan kami, terlihat gurat senang di wajahnya ketika ia melantunkan syair-syair nostalgia itu. “ Saya memang senang menyanyi sejak muda, saya juga bisa memainkan beberapa alat musik. ” Ujarnya.
            Semangat, adalah satu kata yang bisa disimpulkan dari diri Nek Yohana. Ia menjalani hidupnya dengan semangat tanpa mengeluhkan kesusahan yang dihadapi. Terkadang kita melewatkan pembelajaran berharga yang ternyata bisa bersumber dari orang yang sering kita lihat. Rutinitas membuat kita lupa akan prinsip hidup yang seharusnya selalu ada. Sebuah pembelajaran sederhana dan perlu untuk diteladani, sebagaimana ia ingin memberikan teladan untuk anak cucunya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar