NAMA
: RENI FITRIANI
NPM
: 18811947
MATA
KULIAH : KOMUNIKASI MASSA
KELAS
: 2MA01
FAKULTAS
: ILMU KOMUNIKASI
REPORTASE BERITA
Langganan
Kemacetan, Jalan Cikarang-Cibarusah Tak Kunjung Teratasi
Kemacetan yang kerap
kali terjadi di jalan Cikarang-Cibarusah sampai sekarang belum bisa teratasi.
Pemicu kemacetan selain kondisi jalan yang hanya satu jalur, juga banyaknya
lubang kecil dan besar yang ada di sepanjang jalan.
Jalan
Cikarang-Cibarusah merupakan akses vital menuju Cikarang atau sebaliknya dan
juga menuju kawasan-kawasan industri yang ada di kabupaten Bekasi. Jalan ini
merupakan jalan milik provinsi, sehingga untuk perbaikan perlu andil Pemerintah
Provinsi Jawa barat melalui Dinas Bina
Marga Cianjur. Tatapi hingga saat ini, baik dari Kabupaten Bekasi ataupun
Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum ada upaya untuk memperbaiki jalan
tersebut.
Salah satu pengguna
jalan, Samsudin (2/6/13) mengeluhkan kemacetan yang ada di jalan ini. “Setiap
hari selalu macet terutama pagi dan sore, waktunya orang-orang berangkat dan
pulang kerja, tapi sekarang tambah parah macetnya”. Titik terparah kemacetan
berada di depan Pasar Serang Cikarang Selatan. Kemacetan di perparah dengan
banyaknya angkot yang berhenti di sembarangan tempat. Volume kendaraan yang
semakin banyak juga menjadi salah satu faktor, hal ini di sebabkan banyaknya
pembangunan perumahan di wilayah Cikarang Selatan yang semakin menambahnya pula
jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Keberadaan petugas
Dinas Perhubungan di depan Pasar Serang Cikarang Selatan di nilai tidak
maksimal. Pasalnya personilnya terbatas dan tidak mampu mengatur kendaraan yang
melintas. “Adanya Petugas Dinas
Perhubungan juga kurang efektif, tidak bisa berbuat banyak” tegas Samsudin.
Masyarakat di wilayah
Cikarang Selatan mengharapkan pemerintah untuk cepat bertindak. Menangani jalan
yang berlubang atau bahkan mengupayakan pelebaran jalan yang di nilai tidak
seimbang dengan perkembangan penduduk di wilayah tersebut.
FEATURE PROFIL
Prestasi Cemerlang Sang Mantan Presiden Republik
Indonesia
Bacharuddin
Jusuf Habibie, Presiden ketiga Republik Indonesia ini lahir di Pare-Pare,
Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari
delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini
Puspowardojo. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak
kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini
dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar.
Ia harus kehilangan ayahnya yang
meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Sepeninggal
ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya. Beliau
mulai tampak menonjol prestasinya pada saat duduk di bangku Sekolah Menengah
Atas, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit
di sekolahnya. Beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), namun ia tidak
sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman.
Mengingat pesan Bung Karno tentang
pentingnya Dirgantara dan Penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan
Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di
Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH). Ketika sampai di Jerman,
beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan
mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya
sehari-hari.
Beliau mendapat gelar Diploma Ing,
dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna)
dengan nilai rata-rata 9,5. Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya
untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen
Aachean. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian
summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10.
Menjadi Profesor kehormatan (Guru
Besar) pada Institut Teknologi Bandung tahun 1965. Rumus yang di temukan oleh
Habibie yang dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung
keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang
sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967 merupakan
salah satu kejeniusan dan prestasi yang mengantarkan Habibie diakui lembaga
internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga
Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London
(Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The
Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of
Engineering (Amerika Serikat). Sementara itu penghargaan bergengsi yang pernah
diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang
hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat
penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja
Manggala Bhakti Kencana.
Di Indonesia sendiri Habibie pernah 20
tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN
Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh
Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto menjadi Presiden
Republik Indonesia ke 3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada
Habibie. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor
Timur yang memilih merdeka.
Perjuangan dan semangat yang dimiliki oleh
Habibie mengantarkan beliau pada prestasi yang cemerlang. Indonesia pasti
bangga sempat mempunyai presiden yang cerdas dengan segudang prestasi yang di
miliki. Dan beliau merupakan tokoh yang patut di jadikan inspirasi bagi para
generasi muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar