Senin, 03 Juni 2013

RENI FITRIANI (18811947)

NAMA : RENI FITRIANI
NPM : 18811947
MATA KULIAH : KOMUNIKASI MASSA
KELAS : 2MA01
FAKULTAS : ILMU KOMUNIKASI

REPORTASE BERITA


Langganan Kemacetan, Jalan Cikarang-Cibarusah Tak Kunjung Teratasi

Kemacetan yang kerap kali terjadi di jalan Cikarang-Cibarusah sampai sekarang belum bisa teratasi. Pemicu kemacetan selain kondisi jalan yang hanya satu jalur, juga banyaknya lubang kecil dan besar yang ada di sepanjang jalan.
Jalan Cikarang-Cibarusah merupakan akses vital menuju Cikarang atau sebaliknya dan juga menuju kawasan-kawasan industri yang ada di kabupaten Bekasi. Jalan ini merupakan jalan milik provinsi, sehingga untuk perbaikan perlu andil Pemerintah Provinsi  Jawa barat melalui Dinas Bina Marga Cianjur. Tatapi hingga saat ini, baik dari Kabupaten Bekasi ataupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum ada upaya untuk memperbaiki jalan tersebut.
Salah satu pengguna jalan, Samsudin (2/6/13) mengeluhkan kemacetan yang ada di jalan ini. “Setiap hari selalu macet terutama pagi dan sore, waktunya orang-orang berangkat dan pulang kerja, tapi sekarang tambah parah macetnya”. Titik terparah kemacetan berada di depan Pasar Serang Cikarang Selatan. Kemacetan di perparah dengan banyaknya angkot yang berhenti di sembarangan tempat. Volume kendaraan yang semakin banyak juga menjadi salah satu faktor, hal ini di sebabkan banyaknya pembangunan perumahan di wilayah Cikarang Selatan yang semakin menambahnya pula jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Keberadaan petugas Dinas Perhubungan di depan Pasar Serang Cikarang Selatan di nilai tidak maksimal. Pasalnya personilnya terbatas dan tidak mampu mengatur kendaraan yang melintas.  “Adanya Petugas Dinas Perhubungan juga kurang efektif, tidak bisa berbuat banyak”  tegas Samsudin.
Masyarakat di wilayah Cikarang Selatan mengharapkan pemerintah untuk cepat bertindak. Menangani jalan yang berlubang atau bahkan mengupayakan pelebaran jalan yang di nilai tidak seimbang dengan perkembangan penduduk di wilayah tersebut.  

FEATURE PROFIL

Prestasi Cemerlang Sang Mantan Presiden Republik Indonesia


Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ketiga Republik Indonesia ini lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar.
Ia harus kehilangan ayahnya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya. Beliau mulai tampak menonjol prestasinya pada saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya. Beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), namun ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman.
Mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan Penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di  Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH). Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari.
Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5. Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10.
Menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung tahun 1965. Rumus yang di temukan oleh Habibie yang dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967 merupakan salah satu kejeniusan dan prestasi yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat). Sementara itu penghargaan bergengsi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.
Di Indonesia sendiri Habibie pernah 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka.
 Perjuangan dan semangat yang dimiliki oleh Habibie mengantarkan beliau pada prestasi yang cemerlang. Indonesia pasti bangga sempat mempunyai presiden yang cerdas dengan segudang prestasi yang di miliki. Dan beliau merupakan tokoh yang patut di jadikan inspirasi bagi para generasi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar