Rabu, 05 Juni 2013

SITTY NURANNA ANGGRAINI (18811958)


Sitty Nuranna Anggraini
18811958
Komunikasi Massa

1.      Reportase

Penerapan Tarif Progresif KRL Commuter Line Ditunda


Rencana penerapan tarif progresif KRL (Kereta Rangkaian Listrik) Commuter Line yang secara resmi akan diterapkan mulai tanggal 1 Juni 2013 di semua stasiun di Jabodetabek ini, mengalami penundaan hingga bulan Juli mendatang.
Salah satu penumpang di stasiun Tanah Abang, Mega (02/06/13) merasa kecewa atas penundaan ini. “Saya merasa kecewa, karena pada akhirnya kami harus membayar dengan tarif yang cukup mahal kembali. Saya berharap PT KAI segera menyelesaikan permasalahan ini”.
“Penerapan ini ditunda karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan masih bingung dengan sistem yang baru ini. Untuk mengurangi kebingungan, pada bulan ini kami akan melakukan pensosialisasian kepada masyarakat”. Tutur petugas KA Tanah Abang, Ahmad F, Minggu, (02/06/13).
Sistem E-Ticketing merupakan sebuah sistem baru yang diusung oleh PT KAI. Dengan sistem yang baru ini, harga tiket dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh penumpang. Penumpang cukup membayar Rp 3.000 untuk lima stasiun pertama, dan Rp 1.000 untuk tiga stasiun selanjutnya. Sehingga harga menjadi lebih murah dan adil.



2.      Feature (Human Interest)

Kegigihan Si “Pembelah Daun Pisang”
 

27 November 1993 silam, terlahir Kodrat Noviantoro seorang anak tunggal dari penjual sayur, bernama ibu Suradinem di Bantul, Yogyakarta. Untuk mencukupi keluarganya, setiap hari Suradinem harus mengayuh sepeda usangnya sekitar 5 Km menuju pasar untuk berbelanja keperluan usaha warung sayur dirumahnya. Setelah berjualan sayur, Suradinem biasanya pergi ke warung bakso milik keponakannya untuk melayani para pembeli yang datang.

Kodrat Noviantoro, seperti namanya, sejak kecil ia harus menerima Kodrat yang diberikan Tuhan kepadanya. Pada usia 2 bulan, demam tinggi melanda anak satu-satunya dari ibu Suradinem ini, hingga ia mengalami “step” yang mengakibatkan saraf otak kirinya terhambat, sehingga sejak saat itu tubuh bagian kanannya mengalami kelumpulan, dan sulit menjalankan aktivitas sehari-harinya.

Sejak kecil Kodrat tidak pernah mengenyam bangku sekolah, bukan karena orang tuanya tidak mampu membiayainya sekolah, melainkan melihat kondisinya yang seperti itu, mereka takut anaknya akan dikucilkan dan dihina oleh teman sekolahnya.

Dibalik keterbatasannya itu, dalam kesehariannya pria yang sekarang berusia 19 tahun ini adalah sosok pria yang gigih dan mandiri. Meskipun tak sedikit orang yang mengucilkan dan menghinanya, baginya cacat fisik bukanlah akhir dari segalanya. Kodrat tidak pernah berpangku tangan dalam menjalani hidupnya. Setiap harinya setelah bangun tidur, menunaikan ibadah shalat shubuh dan mandi, Kodrat bergegas pergi bekerja pada sebuah usaha tempe rumahan dekat rumahnya. Untuk melakukan aktivitasnya, Kodrat dibantu oleh kursi roda yang ia peroleh dari para relawan yang sangat bersimpati kepadanya. Dengan hanya bantuan tangan kanannya, ia mampu membuat kursi rodanya bergerak, berhenti, bahkan berbelok. Namun, tidak selamanya kursi roda tersebut dapat membantunya, sebab untuk pergi mandi Kodrat harus mengesot menuju sumur terlebih dahulu.

Setiap pagi hingga siang atau menjelang sore hari, Kodrat mampu membelah daun pisang dan batang pohon. Bahkan pada saat panen bawang merah ataupun bawang putih, Kondrat mampu mengupas bawang-bawang tersebut hanya dengan tangan kanannya saja. Suatu ketika, saat Kodrat sedang membelah sebuah batang pohon, golok yang ia pegang terlepas dan terlempar mengenai kulit kepalanya hingga berdarah. Namun, ia tidak mau bercerita kepada ibunya perihal kejadian itu. Setelah pulang bekerja, ia bergegas mandi, shalat, dan pergi untuk memberi makan kedua kambing peliharaannya yang ia peroleh dari para relawan pula.

Dalam keadaan fisik yang kurang ini, Kodrat juga merupakan pria yang tidak pernah melewatkan waktu untuk menghadap kepada Tuhannya. Setelah memberi makan kambing-kambingnya, Kodrat selalu pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah shalat berjamaah hingga shalat Isya usai. Bahkan setiap bulan Ramadhan tiba, Kodrat tidak pernah melewatkan acara berbuka puasa bersama dan sholat tarawih di masjid. Keaktifannya ini, membuat pengurus masjid (DKM) memberikan Kodrat penghargaan sebagai jamaah terajin pada tahun 2011 dan 2012 lalu. Saat usai melaksanakan shalat, Kodrat bergegas pulang untuk bertemu ibunya, dan tak jarang setiap malam Kodrat memijat badan ibunya yang seharian lelah mencari nafkah untuk keluarganya itu.

Selain itu pada tahun 2006 silam, gempa yang berkekuatan cukup besar, pernah mengguncang Yogyakarta hingga menghancurkan banyak bangunan termasuk rumahnya. Gempa terjadi ketika ibunya sedang berbelanja ke pasar dan ia sedang berada di dalam kamar mandi. Sebuah mukjizat datang kepadanya saat itu, puing reruntuhan tidak membuatnya tertimbun dan terluka sedikitpun. Entah bagaimana caranya, Kodrat dapat berada di atas puing reruntuhan bangunan dan selamat dari bencana yang telah merenggut banyak nyawa itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar