Sitty Nuranna
Anggraini
18811958
Komunikasi Massa
1. Reportase
Penerapan
Tarif Progresif KRL Commuter Line Ditunda
Rencana penerapan
tarif progresif KRL (Kereta Rangkaian Listrik) Commuter Line yang
secara resmi akan diterapkan mulai tanggal 1 Juni 2013 di semua stasiun di
Jabodetabek ini, mengalami penundaan hingga
bulan Juli mendatang.
Salah satu penumpang di stasiun
Tanah Abang, Mega (02/06/13) merasa kecewa atas penundaan ini. “Saya merasa
kecewa, karena pada akhirnya kami harus membayar dengan tarif yang cukup mahal
kembali. Saya berharap PT KAI segera menyelesaikan permasalahan ini”.
“Penerapan ini
ditunda karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan masih bingung
dengan sistem yang baru ini. Untuk mengurangi kebingungan, pada
bulan ini kami akan melakukan pensosialisasian kepada masyarakat”. Tutur petugas KA Tanah Abang, Ahmad F, Minggu,
(02/06/13).
Sistem E-Ticketing
merupakan sebuah sistem baru yang diusung oleh PT KAI. Dengan sistem
yang baru ini, harga tiket dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh penumpang.
Penumpang cukup membayar Rp 3.000 untuk lima stasiun pertama, dan Rp 1.000
untuk tiga stasiun selanjutnya. Sehingga harga menjadi lebih murah dan adil.
2. Feature (Human Interest)
Kegigihan Si “Pembelah Daun Pisang”
27 November 1993 silam, terlahir Kodrat
Noviantoro seorang anak tunggal dari penjual sayur, bernama ibu Suradinem di
Bantul, Yogyakarta. Untuk mencukupi keluarganya, setiap hari Suradinem harus
mengayuh sepeda usangnya sekitar 5 Km menuju pasar untuk berbelanja keperluan
usaha warung sayur dirumahnya. Setelah berjualan sayur, Suradinem biasanya
pergi ke warung bakso milik keponakannya untuk melayani para pembeli yang
datang.
Kodrat Noviantoro, seperti namanya, sejak
kecil ia harus menerima Kodrat yang diberikan Tuhan kepadanya. Pada usia 2
bulan, demam tinggi melanda anak satu-satunya dari ibu Suradinem ini, hingga ia
mengalami “step” yang mengakibatkan saraf otak kirinya terhambat, sehingga
sejak saat itu tubuh bagian kanannya mengalami kelumpulan, dan sulit menjalankan
aktivitas sehari-harinya.
Sejak kecil Kodrat tidak pernah mengenyam
bangku sekolah, bukan karena orang tuanya tidak mampu membiayainya sekolah,
melainkan melihat kondisinya yang seperti itu, mereka takut anaknya akan
dikucilkan dan dihina oleh teman sekolahnya.
Dibalik keterbatasannya itu, dalam
kesehariannya pria yang sekarang berusia 19 tahun ini adalah sosok pria yang
gigih dan mandiri. Meskipun tak sedikit orang yang mengucilkan dan menghinanya,
baginya cacat fisik bukanlah akhir dari segalanya. Kodrat tidak pernah
berpangku tangan dalam menjalani hidupnya. Setiap harinya setelah bangun tidur,
menunaikan ibadah shalat shubuh dan mandi, Kodrat bergegas pergi bekerja pada
sebuah usaha tempe rumahan dekat rumahnya. Untuk melakukan aktivitasnya, Kodrat
dibantu oleh kursi roda yang ia peroleh dari para relawan yang sangat
bersimpati kepadanya. Dengan hanya bantuan tangan kanannya, ia mampu membuat
kursi rodanya bergerak, berhenti, bahkan berbelok. Namun, tidak selamanya kursi
roda tersebut dapat membantunya, sebab untuk pergi mandi Kodrat harus mengesot
menuju sumur terlebih dahulu.
Setiap pagi hingga siang atau menjelang sore
hari, Kodrat mampu membelah daun pisang dan batang pohon. Bahkan pada saat
panen bawang merah ataupun bawang putih, Kondrat mampu mengupas bawang-bawang
tersebut hanya dengan tangan kanannya saja. Suatu ketika, saat Kodrat sedang
membelah sebuah batang pohon, golok yang ia pegang terlepas dan terlempar
mengenai kulit kepalanya hingga berdarah. Namun, ia tidak mau bercerita kepada
ibunya perihal kejadian itu. Setelah pulang bekerja, ia bergegas mandi, shalat,
dan pergi untuk memberi makan kedua kambing peliharaannya yang ia peroleh dari
para relawan pula.
Dalam keadaan fisik yang kurang ini, Kodrat
juga merupakan pria yang tidak pernah melewatkan waktu untuk menghadap kepada
Tuhannya. Setelah memberi makan kambing-kambingnya, Kodrat selalu pergi ke
masjid untuk menunaikan ibadah shalat berjamaah hingga shalat Isya usai. Bahkan
setiap bulan Ramadhan tiba, Kodrat tidak pernah melewatkan acara berbuka puasa
bersama dan sholat tarawih di masjid. Keaktifannya ini, membuat pengurus masjid
(DKM) memberikan Kodrat penghargaan sebagai jamaah terajin pada tahun 2011 dan
2012 lalu. Saat usai melaksanakan shalat, Kodrat bergegas pulang untuk bertemu ibunya,
dan tak jarang setiap malam Kodrat memijat badan ibunya yang seharian lelah
mencari nafkah untuk keluarganya itu.
Selain itu pada tahun 2006 silam, gempa yang
berkekuatan cukup besar, pernah mengguncang Yogyakarta hingga menghancurkan
banyak bangunan termasuk rumahnya. Gempa terjadi ketika ibunya sedang
berbelanja ke pasar dan ia sedang berada di dalam kamar mandi. Sebuah mukjizat
datang kepadanya saat itu, puing reruntuhan tidak membuatnya tertimbun dan
terluka sedikitpun. Entah bagaimana caranya, Kodrat dapat berada di atas puing
reruntuhan bangunan dan selamat dari bencana yang telah merenggut banyak nyawa
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar